Tahapan
Pengembangan Produk
Jaman modern
seperti sekarang ini membuat pasar barang dan jasa dibanjiri oleh banyak produk
baik barang maupun jasa. Untuk bisa tampil beda produsen dituntut untuk dapat
kreatif agar mampu menciptakan sesuatu yang baru untuk ditawarkan kepada para
konsumen. Produk baru yang diterima pasar alias laku dijual dapat memberi nilai
plus pada perusahaan atau bahkan bisa memimpin pasar pada segmen tertentu.
Berikut di
bawah ini adalah tahapan dalam pengembangan atau penciptaan produk baru :
a. Pencarian Ide Produk
Ide bisa dicari
namun terkadang datang dengan sendirinya tanpa diharapkan. Banyak perusahaan
yang memiliki bagian atau divisi riset maupun menggunakan jasa pihak luar untuk
mencarikan ide segar dan brilian bagi perusahaan. Ide yang dihasilkan haruslah
sesuai dengan apa yang telah menjadi tujuan perusahaan.
Ide pun bisa
datang dari konsumen yang biasa mengkonsumsi produk perusahaan maupun produk
produsen lain yang serupa. Ide pun bisa dicuri dari produsen lain yang
berkompetisi dengan kita. Ide memang mahal, kerena tidak sedikit perusahaan
yang berani membayat mahal sebuah inovasi baru yang mampu menciptakan
keuntungan besar bagi perusahaan.
b. Menyaring Ide Produk
Apabila ide yang didapat banyak jumlahnya maka sebaiknya
dilakukan pemilihan ide yang sekiranya patut untuk maju ke langkah selanjutnya.
Sesuaikanlah dengan kondisi dan tujuan perusahaan. Ide yang sulit untuk
diwujudkan karena dirasa tidak memiliki sumber daya yang dibutuhkan sebaiknya
tidak diteruskan demi kebaikan perusahaan.
c. Analisis Bisnis
Perusahaan
melakukan berbagai perkiraan estimasi pada produk tersebut mulai dari berapa
kira-kira biaya investasi yang dibutuhkan, seberapa besar potensi pasarnya,
seberapa besar tingkat penjualannya, dan seberapa banyak laba atau keuntungan yang
mungkin diraih perusahaan. Semua itu sebaiknya dilakukan secara ilmiah dan
tidak hanya dengan kira-kira saja.
d. Pengembangan Produk
Dari ide yang
layak untuk maju ke tahap selanjutnya dibuatkan prototip atau model produk
untuk dilakukan uji kelayakan bisnis. Produk diuji coba secara internal baik
dilakukan sendiri maupun dilakukan oleh pihak luar perusahaan yang kompeten di
bidangnya. Dari contoh produk yang dibuat, jika ada yang dirasa buruk produknya
atau akan mengalami kendala produksi di masa depan sebaiknya tidak dilanjutkan
atau dilakukan perbaikan dengan kembali ke tahap-tahap sebelumnya untuk
diperbaiki.
e. Uji Coba Pemasaran
Produk yang
telah lulus uji model prototipe, selanjutnya dilakukan pengujian pemasaran
dengan memilih beberapa sampel pasar yang kurang lebih mewakili kondisi segmen
pasar yang akan dituju oleh produk perusahaan. Lihat bagaimana reaksi pasar
terhadap produk baru tersebut.
Jika hasilnya
ternyata positif maka produk tersebut layak untuk lanjutkan ke tahap
berikutnya. Sebaliknya apabila ternyata negatif atau mendapat respon yang buruk
dari target pasat terbatas maka sebaiknya dilakukan evaluasi kembali atau
menggugurkan produk. Baik hasil positif dan negatif sebaiknya dipelajari
kelebihan dan kekurangan agar hasil di pasar yang sesungguhnya dapat
dimaksimalkan.
f. Komersialisasi Produk Baru
Tahap yang terakhir dari rangkaian pengembangan produk
baru adalah menawarkannya kepada seluruh pasar yang dituju. Produk baru
tersebut sebaiknya terus dilakukan monitoring dan dilakukan berbagai evaluasi
dari yang ada di lapangan dan perbaikan baik pada produk, target konsumen,
harga, promosi, dan lain sebagainya sehingga mampu memaksimalisasi keuntungan
yang diperoleh.
Tingkatan Suatu Produk: Inti Produk, Aktual Produk, Produk Tambahan
a. Produk Inti
Produk inti
terdiri dari manfaat inti untuk pemecahan masalah yang dicari konsumen ketika
mereka membeli produk atau jasa. Manfaat inti dari telepon seluler adalah
sebagai alat komunikasi jarak jauh. Kelebihan penggunaan telepon seluler adalah
mampu digunakan dalam kondisi apapun maupun dimanapun.
Produk inti
memberikan manfaat yang utama bagi konsumen. Produk inti merupakan hal yang
paling utama dicari oleh konsumen dalam melakukan pembelian terhadap suatu
produk. Kualitas produk inti sangat penting dalam menarik konsumen untuk
melakukan pembelian, karena alasan utama seorang melakukan pembelian
berdasarkan pada produk inti dari suatu produk.
Fungsi produk
inti memberikan gambaran utama dari kegunaan produk tersebut. Sehingga konsumen
akan sangat mempertimbangkan produk inti dalam setiap penggunaannya. Oleh
karena itu setiap pemasar harus memahami keutamaan yang ada pada sebuah produk
dalam melakukan pemasaran. Sehingga mampu memahami tentang apa yang dibutuhkan
oleh konsumen terhadap suatu produk. Sebagai produk inti dari telepon seluler
adalah sebagai alat komunikasi.
b. Produk Aktual
Seorang
perencana produk harus menciptakan produk aktual (actual product) disekitar
produk inti. Karakteristik dari produk aktual diantaranya, tingkat kualitas,
nama merek, kemasan yang dikombinasikan dengan cermat untuk menyampaikan
manfaat inti.
Produk aktual
bagi seorang konsumen merupakan pertimbangan kedua dalam melakukan keputusan
pembelian. Produk aktual sangat penting dalam sebuah pemasaran. Produk aktual
merupakan produk pendamping, yang mana apabila produk aktual ini tidak ada pada
sebuah produk maka daya tarik konsumen pada produk tersebut akan berkurang.
Adanya produk aktual ini memberikan banyak ragam hal yang mampu dijadikan
pertimbangan oleh konsumen, artinya produk aktual merupakan hal yang menjadi
daya tarik konsumen selain produk inti.
Seorang pemasar
diharapkan memahami secara jelas tentang produk aktual. Pemahaman yang mendalam
mengenai produk aktual ini akan memberikan tambahan pengetahuan bagi konsumen
untuk memahami fungsi lain dari sebuah produk. Adanya fungsi yang lebih banyak dalam
suatu produk akan menjadi perhatian penting dari seorang konsumen untuk
melakukan keputusan pembelian. Adapun sebagai produk aktual produk telepon
seluler adalah tahan terhadap benturan, mempunyai kualitas signal yang baik,
terbuat dari bahan yang berkualitas serta mempunyai image yang baik dalam
masyarakat.
c. Produk Tambahan
Produk tambahan
harus diwujudkan dengan menawarkan jasa pelayanan tambahan untuk memuaskan
konsumen, misalnya dengan menanggapi dengan baik claim dari konsumen dan
melayani konsumen lewat telepon jika konsumen mempunyai masalah atau
pertanyaan.
Produk tambahan
merupakan produk yang ditawarkan oleh produsen di luar dari produk inti yang
ada. Pemberian produk-produk tambahan ini akan sangat bermanfaat bagi konsumen
penggunanya, karena selain memanfaat produk inti yang ada pada suatu produk
adanya produk tambahan ini akan menjadi variasi pilihan konsumen dalam
menentukan pembelian. Sehingga dengan adanya ragam produk tambahan ini akan
semakin memberikan daya tarik pada konsumen.
Bagi seorang
pemasar produk tambahan merupakan hal yang cukup penting untuk dipahami. Adanya
produk tambahan akan memberikan nilai tambah pada sebuah produk. Suatu produk
yang mempunyai nilai tambah akan menjadi daya tarik bagi para konsumen untuk
memberi harga yang lebih dari suatu produk. Sehingga adanya produk tambahan
akan membuat suatu produk menjadi lebih bermutu dan berkualitas. Sebagai produk
tambahan dalam sebuah produk telepon seluler yaitu kelengkapan fitur-fitur yang
terdapat dalam telepon seluler seperti adanya infra merah, kamera, video dan
produk-produk tambahan lainnya.
Definisi Pilot Testing
Pilot testing
adalah uji coba dengan melibatkan pihak luar (costumer dan end-user) pada
keadaan aktual dan pengguna aktual. Sebuah “Pilot” disusun untuk menguji coba
produk/solusi, dimana “Pilot” ini adalah perwakilan dari keseluruhan lingkungan
dimana produk nantinya akan diluncurkan. Tentunya, wujud dari Pilot sangat
tergantung pada jenis produk/solusi yang akan diterapkan.
Contohnya, Pilot bisa
saja berwujud sebuah kantor cabang dari costumer, atau bisa berupa sebagian
server didalam data center milik costumer, ataupun sebuah situs web online
dengan alamat sementara yang hanya diketahui oleh costumer dan tim proyek saja.
Besar ataupun kecil lingkup dari Pilot ini, sebuah Pilot harus bisa mewakili
keadaan keseluruhan dimana solusi akan diterapkan.
Cara Menerapkan Pilot Testing dalam Proses Pengembangan Produk, Sebelum Dipasarkan Secara Luas Kepada Masyarakat
Berikut adalah bagan untuk melakukan pilot testing
Setelah kembali
dinyatakan Zero Bug pada proses Pilot test, maka produk/solusi dinyatakan dalam
status Release Candidate (RC). Sebuah RC memang telah dinyatakan relatif bebas
dari kesalahan/gangguan, namun belum tentu memiliki kinerja (performance) yang
memenuhi kriteria sukses. Saat ini produk/solusi akan diamati dalam Pilot untuk
dilihat apakah masih ada yang perlu diperbaiki atau ditingkatkan. Apabila perlu
diadakan perubahan maka sebuah Release Candidate yang baru akan diterapkan
dalam Pilot untuk kemudian diamati lagi. Apabila produk/solusi selain
dinyatakan bebas dari bug juga telah memenuhi kriteria sukses, maka Release
Candidate tersebut akan diubah menjadi Final Release dan siap untuk
diluncurkan.
baca juga : Menyusun dan Menetapkan Rencana Pemasaran
Metode, Proses, dan Tujuan Penetapan Harga
Pengertian
harga sangat beragam menurut para ahli. Menurut Tjiptono (2002), Harga
merupakan satuan moneter atau ukuran lainnya (termasuk barang dan jasa lainnya)
yang, ditukarkan agar memperoleh hak kepemilikan atau penggunaan suatu barang
atau jasa. Harga merupakan komponen yang berpengaruh langsung terhadap laba
perusahaan.
a. Metode Penetapan Harga
Sedikitnya ada
tujuah metode penetapan harga yakni:
1) Penetapan Harga Mark-Up
Penetapan harga jenis ini sering digunakan untuk para
pemula, yang intinya adalah menghitung total biaya produksi kemudian menaikkan
harga agar mendapatkan keuntungan. Saya ambil skala untuk UKM, misal pengusaha
sate untuk dititipkan ke warung-warung, misal angkringan, maka dihitung biaya
pembelian bahan, biaya tenaga kerja, biaya distribusi/pengantaran. Mungkin
dalam hal ini bisa saja jika pemula lupa, karena saking semangatnya usaha di
hari pertama, hanya menghitung total biaya produksi, kemudin menambahkan sekian
rupiah agar dapat laba, ternyata harga yang ditetapkan belum termasuk jika sate
itu bersisa dan tidak laku, kan ini secara langsung mengurangi keuntungan.
Nah
metode mark up ini tidak langsug cocok kepada semua usaha, harus ada
perhitungan yang lebih antisipasif terhadap resiko-resiko kemudian. Bahkan
ekstrimnya jika kita mengambil keuntungan terlalu tinggi sehingga penetapan
harga barang juga menjadi tinggi, maka akan sangat beresiko jika pesaing utama
menetapkan harga yang lebih rendah. Banyak orang memilih ini penetapan ini
karena dianggap lebih simpel, walau belum mengukur kekuatan permintaan di
pasar.
2) Penetapan harga demi pengembalian modal
Penetapan harga
jenis ini sering dilakukan jika memang modal didapat dari pihak ketiga, atau
dari usaha bersama, yang tujuannya begitu jelas, agar bisa memutar modal,
dengan perhitungan macam-macam, termasuk misak suku bunga pinjaman ke pihak
lain, kadang langsung saja menetapkan persentasenya misal 10% atau 40% dari
modal. Kelemahan ini memang didasari pada kekuatan persaingan pasar, juga
kondisi bahan baku yang naik turun sehingga jika pesaing menggunakan modal
sendiri/mandiril maka bisa lebih fleksibel dalam menetapkan harga.
3) Penetapan harga pengekor (Umum)
Ini penetapan
harga yang selalu mengkondisikan sesuai harga pesaing, atau harga umum di
pasar, pun kadang beda harga, maka penetapan harga hanya lebih maha/murah
sedikit banget. Penetapan ini sering dilakukan para pemula usaha, pebisnis awal
yang belum paham posisi kekuatan permintaan pasar, dalam bahasa saya pribadi,
seperti cari aman dahulu lah.
4) Penetapan harga value riil
Ini sering
dijalankan pada perusahaan yang sudah memiliki kesetiaan pelanggan begitu kuat,
atau justru untuk semakin memperkuat, pada posisi ini barang dibuat berkualitas
unggul namun penetapan harga dibuat rendah dari pesaing. yang paling sering
dirasakan dalam hal ini dengan menekan efekftitas biaya produksi, distribusi
dan garansi. Pada pilihan penetapan harga ini, harus lebih mampu improvisasi
melakukan penyempurnaan di berbagai lini terus menerus karena kualitas di atas
rata-rata namun harga di bawah rata-rata pasar, ini jika hanya sebuah ide pasti
mudah, namun dalam operasional butuh benar-benar mampu melakukan perbaikan terus
menerus.
5) Penetapan harga dari Value yang dipersepsikan
Ini sering
menjadi metode pilihan untuk produsen yang sebelumnya sudah kuat dengan produk
lain, atau kuat dari reputasinya, bisa juga dari kualitas jaringan, jaring
distribusi, adanya bentuk award yang pernah diterima produsen, atau telah
mendapatkan kepercayaan dari berbagai pihak. Saya ambil contoh, misal Penerbit
Gramedia, atau Elexmedia, selain memproduksi buku namun juga memiliki Gerai
yang terpercaya di berbagai tempat, dengan kualitas penyebaran dan fasilitas
yang layak. Saya pribadi sengajar mengambil contoh ini karena tentu sebagian
besar pembaca memgenal Gramedia.
6) Penetapan harga kompetisi jenisnya
Ini sering
berwujud pada harga produk yang bersifat custom, bisa juga dalam pelelangan,
yang berlaku memang kekuatan sepihak dari dominasi konsumen. Ini juga memilliki
kekuatan daya tawar yang tidak umum, artinya mungkin produk yang tidak
diciptakan secara masal dan serempak.
7) Penetapan harga paketan
Ini sering
terjadi penawaran tidak dengan menjual 1 produk, namun dengan beberapa produk
digabung menjadi kelompok barang, atau paketan. Secara umum ini sering terjadi
di Indonesia di bis-bis, misal 10ribu dapat 3 buku, 3 pensil, 2 penghapus dan 1
penggaris.
b. Proses Penetapan Harga
Ada lima proses
penetapan harga
1) Negosiasi secara individu
Negosiasi
secara individu adalah bargaining yang sederhana antara pembeli secara individu
dan penjual untuk setiap transaksi. Pada bentuk aslinya dengan kekuatan pasar
yang sama dan informasi yang sama perlu dimiliki oleh para partisipan.
Mekanisme ini adalah prosedur implisit dari bentuk pasar kompetitif. Aturan
yang formal pada dasarnya tidak tampak.
Negosiasi
secara individu sebagai satu-satunya sarana untuk penentuan harga produk yang diperdagangkan
secara luas akan mungkin menjadi mahal, jika setiap pembeli dan penjual perlu
mendapatkan informasi yang terbaik tentang kondisi persediaan dan permintaan
secara detil, dan bagi partisipan adalah menguntungkan untuk merahasiakan
informasi itu. Pada kasus seperti itu, pembeli atau penjual berada pada
lingkungan yang optimal untuk mengeksploitasi partisipan lainnya. Oleh karena
itu, kelemahan dari metode
ini adalah bagi partisipan yang mempunyai informasi kurang lengkap sehingga
partisipan tersebut tidak dapat secara baik menentukan harga yang sesuai dengan
keadaan sebenarnya.
2) Pasar yang terorganisir
Ketika
transaksi semakin banyak, kegiatan tawar-menawar diantara para pembeli dan
penjual menjadi sangat tidak praktis, terlalu banyak makan waktu dan terlalu
mahal. Oleh karena itu, di sepanjang sejarah perdagangan dan pada perekonomian
tradisional di negara yang berkembang, pasar lokal dan fair market (pasar
musiman) pada pusat kelembagaan dan fungsi perdagangan dan penentuan harga. Pasar
yang terorganisir, seperti pelelangan atau pertukaran komoditi, secara perlahan
menggantikan transaksi secara individu.
Kelebihan utama
dari pasar komoditi yang terorganisir berada pada ketetapan yang tidak pandang
bulu (siapa saja dapat melakukan), metode penentuan harga dengan biaya yang
murah dan tidak di kontrol oleh pembeli ataupun penjual. Pasar ini melaksanakan
fungsi penting dalam penentuan harga dengan menyamakan permintaan dan penawaran
jangka pendek. Harga yang ditetapkan di pasar dengan memperkirakan harga
keseimbangan melalui beberapa kondisi yaitu
- jumlah transaksinya besar,
- kualitas produk yang dijual pada pertukaran adalah merupakan wakil dari produksi keseluruhan,
- jumlah pembeli dan penjualnya banyak dan tidak ada satupun partisipan yang mampu memanipulasi harga,
- informasi yang lengkap dan tidak bias (unbiased) sesuai dengan karakteristik penawaran dan permintaan dari komoditasnya, dan
- pemerintah bukan merupakan faktor utama dalam penentuan harga.
3) Rumus penentuan harga
Formula Pricing
atau penentuan harga komoditi dengan rumus tertentu banyak dilakukan di Amerika
Serikat, seperti penentuan harga telur, susu, dan daging. Penentuan harga ini
dilakukan berdasarkan laporan harga yang dicatat dari pusat pasar atau harga
yang dibayarkan kepada produsen di tempat lain.
4) Harga yang dikendalikan
Harga ditentukan oleh pemerintah
c. Tujuan Penetapan Harga
Penjual barang
dalam menetapkan harga dapat mempunyai tujuan yang berbeda satu sama lain antar
penjual maupun antar barang yang satu dengan yang lain. Tujuan penetapan harga
adalah sebagai berikut:
- Penetapan harga untuk mencapai penghasilan atas investasi. Biasanya besar keuntungan dari suatu investasi telah ditetapkan prosentasenya dan untuk mencapainya diperlukan penetapan harga tertentu dari barang yang dihasilkannya.
- Penetapan harga untuk kestabilan harga. Hal ini biasanya dilakukan untuk perusahaan yang kebetulan memegang kendali atas harga. Usaha pengendalian harga diarahkan terutama untuk mencegah terjadinya perang harga, khususnya bila menghadapi permintaan yang sedang menurun.
- Penetapan harga untuk mempertahankan atau meningkatkan bagiannya dalam pasar. Apabila perusahaan mendapatkan bagian pasar dengan luas tertentu, maka ia harus berusaha mempertahankannya atau justru mengembangkannya. Untuk itu kebijaksanaan dalam penetapan harga jangan sampai merugikan usaha mempertahankan atau mengembangkan bagian pasar tersebut.
- Penetapan harga untuk menghadapi atau mencegah persaingan. Apabila perusahaan baru mencoba-coba memasuki pasar dengan tujuan mengetahui pada harga berapa ia akan menetapkan penjualan. Ini berarti bahwa ia belum memiliki tujuan dalam menetapkan harga coba-coba tersebut.
- Penetapan harga untuk memaksimir laba. Tujuan ini biasanya menjadi anutan setiap usaha bisnis. Kelihatannya usaha mencari untung mempunyai konotasi yang kurang enak seolah-olah menindas konsumen. Padahal sesungguhnya hal yang wajar saja. Setiap usaha untuk bertahan hidup memerlukan laba. Memang secara teoritis harga bisa berkembang tanpa batas.
0 Comments
EmoticonEmoticon